oleh

“Makan Bergizi Gratis: Wajib Aman, Sehat, dan Halal”

Oleh : Pipit Hariyono
Koordinator Progam Tim Promotor UKS STIKES Banyuwangi
Penyelia Halal dan P3H (Pendamping Proses Produk Halal) BPJPH

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sejatinya dirancang untuk menjawab persoalan gizi anak di Indonesia. Namun, realita di lapangan justru menimbulkan keprihatinan. Bukannya memberi jaminan kesehatan, banyak kasus menunjukkan anak-anak sekolah malah terancam keselamatan akibat keracunan massal.

Data resmi mencatat, sepanjang Januari–September 2025 sedikitnya 6.517 siswa mengalami gangguan pencernaan usai menyantap menu MBG. Ombudsman RI juga melaporkan ada 34 kejadian luar biasa keracunan dengan ribuan korban mayoritas anak sekolah. Misalnya di Kabupaten Bandung Barat, 1.333 siswa keracunan, di Garut ratusan siswa mengalami gejala serupa, bahkan di Jakarta belasan murid SD harus dirawat intensif. Kejadian-kejadian ini jelas mengguncang kepercayaan publik: makanan yang seharusnya menyehatkan malah membahayakan.

Lemahnya Kontrol Mutu

Investigasi laboratorium kesehatan daerah menemukan keberadaan bakteri Salmonella dan Bacillus cereus pada menu MBG di beberapa wilayah. Temuan ini mengindikasikan adanya celah serius dalam proses pengolahan makanan: standar kebersihan tidak dipatuhi, suhu penyimpanan tidak terjaga, hingga penyajian yang terlalu lama.

Ombudsman menyoroti lemahnya pencatatan dan pengawasan. Banyak dapur MBG tidak memiliki catatan suhu penyimpanan maupun sampel makanan (retained sample), sehingga investigasi kasus keracunan sulit dilakukan. Kondisi ini membuat masyarakat bertanya-tanya: apakah anak-anak sebenarnya diberi makanan basi atau tercemar?

Aspek Halal yang Terabaikan

Selain aman secara medis, kehalalan menu MBG kini juga menjadi sorotan. Pemerintah telah menggandeng BPJPH dan Badan Gizi Nasional (BGN) untuk memastikan setiap proses MBG memenuhi standar halal dan tayib. Bahkan direncanakan setiap dapur MBG akan memiliki penyelia halal bersertifikat.

Namun kenyataannya masih banyak masalah. Belum lama ini beredar kabar mengenai kemasan makanan (ompreng) MBG impor dari China yang diduga mengandung lemak babi. Pakar halal menegaskan kabar ini bukan sekadar hoaks, melainkan alarm serius. Faktanya, hanya satu jenis food tray MBG yang bersertifikat halal dari ribuan produk yang beredar. Kondisi ini memicu desakan agar pemerintah melakukan audit penuh rantai pasok MBG – bukan hanya bahan makanan, tetapi juga kemasan dan peralatan.

Kepercayaan umat hanya bisa terjaga jika pemerintah transparan dan berani bertindak tegas. Dukungan terhadap UMKM lokal juga perlu dipercepat, terutama dalam hal sertifikasi halal gratis, sehingga suplai MBG benar-benar terjamin kehalalannya.

Jalan Perbaikan

Untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat, pemerintah perlu segera memperbaiki tata kelola MBG dengan langkah konkret:

  1. Memperketat kontrol mutu pangan.
    Dapur MBG wajib diuji laboratorium secara rutin, suhu penyimpanan harus dicatat, dan setiap menu diinspeksi. Pengawasan lapangan perlu ditingkatkan dengan audit kebersihan dapur dan kepatuhan SOP.
  2. Melatih petugas SPPG.
    Staf yang memasak dan mendistribusikan makanan perlu pelatihan keamanan pangan, manajemen rantai dingin, serta sertifikasi berkala. Hal ini penting agar makanan tetap higienis dan cepat ditangani jika terjadi masalah.
  3. Meningkatkan transparansi data.
    Kasus keracunan dan status halal MBG harus dipublikasikan secara berkala. Orang tua, guru, dan masyarakat berhak mengetahui perkembangan program ini serta perbaikan yang dilakukan.

Penutup

Program MBG adalah inisiatif mulia untuk memastikan anak-anak Indonesia tumbuh sehat dan cerdas. Namun, kebaikan itu hanya akan terwujud bila makanan yang disajikan aman, sehat, dan halal. Anak sekolah tidak cukup hanya mendapat gizi, mereka juga berhak mendapatkan makanan yang sesuai keyakinan, higienis, serta bebas dari risiko kesehatan.

Dengan pengawasan ketat, edukasi petugas, serta transparansi penuh, MBG dapat kembali mendapat kepercayaan publik. Sudah saatnya kita pastikan bahwa program ini tidak sekadar mengisi perut anak-anak, tetapi juga menjaga keselamatan dan kepercayaan mereka.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *