oleh

Jiteng Alias Muhyidin Alias Fauzan Alias Taujan Heiho Usia 1 Abad

Taujan warga Desa Wringinputih Muncar tanggal 10 Agustus 2023 genap berusia 100 tahun sesuai KTPnya. Panjangnya usia dengan sikon relatif sehat dan baca Al-Qur’an tanpa kacamata serta tetap bisa jalani sholat 5 waktu tunjukkan lansia yang sehat dan bahagia.

“Saya ingin lebih panjang lagi umurnya untuk ibadah serta jangkungi anak cucu.Bapak saya juga usianya 117 tahun dan ibu 94 tahun saat menimggal, ” katanya pada media jurnalnews dan majalah keboendha saat berkunjung ke rumahnya Rabu (17/5/23).

WhatsApp Image 2023-05-18 at 17.15.16

Sebagai cucu modin dan anak petugas keamanan aset Belanda yang dipimpin Ratu Yuliana, ia sempat sekolah dasar milik Belanda (HIS) setingkat SD hingga lulus. Begitu Jepang menduduki Indonesia, ia ikut  masuk wajib militer Heiho di Tulungagung lanjut masuk PETA di Blitar. Selain postur bagus, ia pendekar cimande. Ilmu kanuragan juga dipelajari bareng Kyai Badjuri Campurdarat Tulungagung.
Kala agresi militer ke 2 Belanda, ia yang sempat menghadap Ahmad Yani di ibu kota, bisa lolos dari sergapan Belanda lalu naik sepur klutuk ke Banyuwangi tahun 1949. Yang dituju adalah Kyai Mannan Sumberberas Muncar. Saat ketemu ia disuruh milih minta dipanggil Fauzan tah Taujan, ia pilih Taujan yang njawani.Di Pondok Minhajut Thulab ini ia belajar agama sambil membantu sebagai petugas keamanan termasuk abdi dalem.

“Saya yang sering gendong kala balita Gus Thoha Munthoha Krikilan Glenmore. Beliau juga beberapa kali sowan ke sini, ” tuturnya.

WhatsApp Image 2023-05-18 at 18.04.26

Pada tahun 1953 Taujan menikah kala usia menapak 45 tahun dengan santriwati yang masih usia 14 tahun bernama Muntamah.

“Saya tak pernah menyatakan trisno ke seorang gadis,takut ditolak. Dan pada istri saya yang cantik ini saya ditawari, ya langsung mau. Lalu keluarga dan Kyai Badjuri turut hadir menyaksikan. Saat nikah nama saya asli, Muhyidin, yang disodorkan Kyai Badjuri ke wali dan modin. Jadi Jiteng itu nama samaran saat jadi heiho hingga gerilya. Namun untuk KTP pakai nama pemberian Kyai Mannan, ” tutur kakek 19 cucu dari 6 anak yang saat wawancara didampingi istri dan anak ke-5 Nurhidayati yang mengelola PAUD Bustanul Ulum dan PKBM Cahaya Ilmu serta mengajar di MA Darussalam Muncar. Gelar S1 Nurhidayati dari Fakultas PAI IAIN Tulungagung. Ia dikirim Bapaknya untuk mengabdi di Ponpes Madatul Ulum Campurdarat dengan harapan juga dapat menikah agar silaturahmi keluarga tersambung. Namun Nurhidayati fokus kuliah dan jodohnya orang Sragi Songgon yang memeroleh 2 anak.

Sejak menikah Taujan punya rumah dan surau kecil yang ditempati hingga kini. Bila ada yang niat cari ilmu agama diarahkan ke pondok Minhajut Thulab. Ia hanya bisa mengajar ngaji dan sedikit ilmu beladiri. Ia pun bertani dan usaha nonformal lainnya. Ia merintis yayasan namun semuanya yang urus anak cucunya.

Taujan sempat juga tirakat 6 bulan di Alas Purwo.Hasilnya? “Tolong jaga sholat wajib 17 rakaat, jaga kelestarian alam dan manfaat buat sesama, “katanya.

Ada pesan buat pemimpin bangsa dan negara yang lokal maupun nasional?
“Ndak perlu dipesani mereka itu wong pintar dan kuminter. Saya juga ndak pernah minta ke pemerintah, kok diberi ya mau. Yuk jaga tauhid pada Yang Maha Kuasa serta guyub rukun gotongroyong ben adem makmoer, ” tuturnya sambil senyum. (Bung Aguk/AM/JN)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *