oleh

Optimalkan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, Yayasan Matahati Gandeng Orang Tua Siswa

Banyuwangi, Jurnalnews – 260 peserta dari berbagai kota seluruh Indonesia antusias mengikuti seremonial pembukaan Seminar & Lokakarya Nasional “Kerjasama antara Orangtua dan Guru dalam Penyusunan Program Individu yang Bermakna dan Berpusat pada Anak” Senin (4/11/24) di Hotel Aston yang diselenggarakan oleh Yayasan Matahati bekerja sama dengan Perkins, School for The Blind yang berpusat di USA.

Menurut Masfufah, S.Pd., Ketua Yayasan Matahati sekaligus Konsultan Pendidikan Perkins terjadi lonjakan animo dari peserta sehingga menjelang kegiatan masih banyak pendaftar baru pada kegiatan yang akan berlangsung 4-5 November 2024 ini.

“Jumlah peserta sebenarnya ada 125, tapi ternyata luar biasa antusias dari para orang tua termasuk orang tua dari luar Banyuwangi,” ujar Masfufah saat sesi wawancara dengan jurnalis.

Seperti kita ketahui, pendidikan tidak terputus hanya di sekolah namun mestilah tersinergi antara pendidikan sekolah dan di lingkungan tinggal anak, terutama untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Alasan inilah yang mendasari Yayasan Matahati mengajak sinergi guru dan orang tua dalam menyusun program kegiatan sehari-hari.

“Selama ini ketika kita memberikan pelayanan pendidikan terutama untuk anak berkebutuhan khusus tidak hanya sekolah yang bertanggung jawab tapi tentu harus ditindaklanjuti program itu di rumah, sedangkan kalau sekolah bekerja sendiri orang tua bekerja sendiri maka biasanya programnya tidak sampai,” terang Masfufah.

Saat ditanya harapan dari kegiatan ini Masfufah menjawab, “Kami berharap melalui program ini orang tua dan guru memiliki goals yang sama, melakukan evaluasi bersama dan membuat program bersama sehingga lebih terukur dan lebih terlihat perkembangan dari anak-anak berkebutuhan khusus, ”harapnya.

Masfufah juga menjelaskan tantangan besar dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus salah satu faktornya adalah persebaran mereka hingga ke pelosok negeri, tantangan dalam proses berangkat ke sekolah terkait kendala fisik yang dimiliki, karenanya Masfufah berharap ada kolaborasi dengan sekolah-sekolah umum terdekat lokasi tinggal anak berkebutuhan khusus.

Perkins Internasional telah bekerja sama dengan lembaga pendidikan luar biasa di Banyuwangi sejak 2012, dan saat ini ada 4 sekolah luar biasa di Banyuwangi yang menjadi Sekolah Model yakni SLB Negeri Banyuwangi, SLB Tamanagung, SLB ABC Jajag, dan SLB Matahati. Mrs.Chen min Parerra dari Perkins Internasional menyatakan kepuasannya dengan perkembangan program di Banyuwangi.

“Saya rasaa program ini berjalan dengan cukup baik. Kami tidak hanya mengadakan pelatihan untuk guru dan memberikan layanan di sekolah namun kami juga memprioritaskan perkembangan pendidikan melalui kegiatan orang tua. Hal terakhir yang kami lakukan adalah mengirim orang tua dari anak berkebutuhan khusus untuk mengikuti pertemuan orang tua di Filipina,” papar Mrs. Chen.

“Bagi kami sangat penting untuk membangun kepercayaan dan harapan bahwa setiap anak berhak untuk hidup dan mencapai potensinya,” lanjutnya.

Perkins percaya bahwa anak-anak berkebutuhan khusus memiliki hak yang sama dengan anak-anak lainnya untuk bertumbuh dengan menikmati hidupnya, bersantai dan menikmati kesederhanaan yang bermakna. Kegembiraan ini nampak saat pembukaan anak-anak hambatan pendengaran turut menyanyikan lagu You Raise Me Up menggunakan bahasa isyarat. Mengutip kata bijak Ibu Helen Keller, Alone we can do so little, Together we can do so much Mrs. Chen mengajak semua pihak baik dunia pendidikan, keluarga, lingkungan masyarakat, dan pemerintah untuk bersinergi. Mrs. Chen juga menyampaikan apresiasinya atas kepedulian dan support dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus.

Kabid Dinas Pendidikan Sutikno, S.Pd M.Pd menguraikan support pemerintah untuk diffabel baik dari segi perundang-undangan hingga program kegiatan.

“Banyuwangi telah memiliki Perda Disabilitas Nomor 6 tahun 2017, dan saat ini sedang menyusun Perbup Unit Layanan Disabilitas atau ULD selain itu setiap Hari Disabilitas Internasional yang jatuh pada 3 Desember kita mengadakan Festival Kita Bisa,” ujar Sutikno.

Dalam kesempatan ini beberapa organisasi pendukung memberikan bantuan alat bantu mulai dari sepatu khusus anak dengan cerebral palsy, kacamata khusus untuk low vision, serta kursi roda dari Global Village.
indah

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *