Banyuwangi – Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani hadir dalam “Nongkibar” (Nongkrongin Ilmu Bareng) yang digelar di Ampitheater Radio Blambangan FM, Banyuwangi, Minggu (12/5). Di hadapan anak muda yang memenuhi acara itu, Ipuk mengajak mereka menghadirkan solusi.
“Saya masih menyimpan berbagai harapan anak-anak muda Banyuwangi yang dikumpulkan pada Nongkibar beberapa tahun lalu. Setahap demi setahap hal itu kami upayakan,” Ipuk mengawali ceritanya.
“Saat ini, anak-anak muda yang berkumpul di Nongkibar ini, saya ajak untuk tidak hanya berharap. Tapi, bagaimana menghadirkan solusi-solusi konkrit untuk mengatasi berbagai persoalan yang Banyuwangi hadapi,” tantang Ipuk.
Salah satu tantangan yang dihadapi daerah adalah kemiskinan. Meskipun angka kemiskinan di Banyuwangi terendah di Jawa Timur, namun hal tersebut tak bisa didiamkan. Berbagai tantangan global, berkemungkinan besar akan memunculkan kemiskinan baru.
Persoalan tersebut dilemparkan ke anak-anak muda yang rerata masih berstatus mahasiswa tersebut. Sejumlah peserta berebut mengutarakan gagasannya. Seperti halnya peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan, pemanfaatan platform digital untuk pemberdayaan ekonomi, hingga peningkatan sport tourism sebagai upaya meningkatkan potensi pariwisata.
Salah satunya adalah Frisky Eka Ramadani (24). Gagasannya adalah dengan membuka destinasi pariwisata berbasis kearifan lokal. Hal ini, menurutnya, dapat membuka lapangan pekerjaan dan bisa mengentas kemiskinan. “Potensi wisata Banyuwangi banyak sekali. Ini bisa terus dikembangkan,” usulnya.
Lain pula dengan Ajeng asal Kecamatan Blimbingsari. Ia lebih menyoroti terhadap penyiapan Sumber Daya Manusia yang berkualitas sejak dini. Jika hal tersebut terpenuhi, akan lahir generasi emas yang dapat keluar dari jerat kemiskinan.
“Untuk dapat gizi yang baik tak perlu mahal. Asal teredukasi dengan baik, maka tidak akan ada stunting. Anak-anak akan tumbuh lebih hebat lagi,” ungkapnya.
Lebih jauh Ipuk menjelaskan, keterlibatan anak muda menjadi faktor penting bagi pembangunan daerah. Kesadaran dan keterlibatan anak muda akan memberikan dampak yang signifikan. “Ini guna memantik kesadaran anak-anak muda untuk terlibat menyelesaikan persoalan. Berhenti mengutuk kegelapan, mari nyalakan lilin,” pungkasnya.
Dalam Nongkibar tersebut juga menghadirkan komika yang meraih penghargaan 100 Most Influential Women versi BBC (British Broadcasting Company), Sakdiyah Ma’ruf. Ia berbagi inspirasi untuk memantik anak muda dapat menghadirkan solusi.
Sakdiyah menceritakan dirinya yang tumbuh dalam keterbatasan dan budaya patriarki di lingkungannya yang kuat. Diskriminasi gender dan intoleransi kerap dialaminya. “Hal ini membuat saya terpantik untuk berbuat lebih. Menyuarakan ketidakadilan tersebut dalam balutan komedi,” ungkapnya. (*
Komentar