oleh

KOCAK, Becak Kopi Hasil Rekayasa Tim TTG Universitas Widya Gama Malang, Menjadi Model Angkringan Kopi Kelana

Malang, Jurnalnews – (Teknologi Tepat Guna) Prodi Teknik Mesin Universitas Widya Gama Malang, sedang mengembangkan satu wahana untuk mitra kegiatan PKM DRTPM Tahun Anggaran 2024. Mitra tersebut adalah CV. Rubath Indonesia yang berdomisili di Jombang. Rubath Indonesia adalah suatu badan usaha yang diprakarsai komunitas petani kopi Wonosalam Jombang. Permasalahan yang diusung untuk kegiatan PKM 2024 adalah penyerapan hasil panenan yang belum optimal. Hal ini dicoba untuk diatasi dengan cara perluasan moda pemasaran.

Mengingat produk utama mitra adalah bubuk kopi, pemasaran yang dilakukan CV. Rubath Indonesia adalah berbentuk penjualan produk kopi bubuk, dan kafe-kafe kopi. Meskipun telah memiliki beberapa kafe kopi yang tersebar di beberapa kota, CV. Rubath Indonesia memandang proses pemasaran ini belum optimal. Kendala utama untuk pengembangannya adalah perlunya ketersediaan lahan usaha untuk kafe, bahkan untuk skala angkringan pinggir jalan.

Tim TTG Prodi Teknik Mesin Universitas Widya Gama Malang menawarkan solusi dalam bentuk mini food truck. “Food truck merupakan wahana pemasaran yang umum dijalankan di luar negeri. Di Indonesia masih jarang terlihat adanya food truck yang benar-benar berkelana mengikuti pergerakan pasar,” jelas Dr. Gatot Soebiyakto, ST., MT., Ketua Pelaksana PKM 2024 untuk Pembinaan Inovasi Teknologi dan Rintisan Pengembangan Usaha Kopi Rubath Jombang.

Ketua Pelaksana yang akrab dipanggil Pak Gto tersebut menjelaskan lebih lanjut, bahwa KOCAK, adalah konsep angkringan kelana, yang benar-benar beroperasi dengan cara berpindah tempat mengikuti pergerakan konsumen. Berbeda dengan becak eskrim atau pedagang keliling umumnya, KOCAK akan diwujudkan memiliki fasilitas lengkap angkringan kopi. Saat ini, si KOCAK, wahana angkringan kelana versi Universitas Widya Gama Malang, sedang dalam proses produksi. Meskipun masih pada level model, diharapkan prototipe KOCAK dapat dikembangkan hingga siap diproduksi massal. Ini memerlukan analisis kelayakan setelah proses ujicoba operasional nantinya.

“Kita akan evaluasi hasil ujicoba operasional nanti untuk melakukan penyempurnaan-penyempurnaan yang diperlukan,” kata Pak Gto menutup wawancara. (Miska)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *