Banyuwangi-Program 100 ribu kolam ikan pekarangan yang digagas Pemkab Banyuwangi saat ini masih terus berjalan. Sejak dilucurkan pada 2012 lalu, jumlahnya telah mencapai 15.350 kolam ikan pekarangan yang tersebar di 25 kecamatan. Namun jumlah itu sendiri masih jauh dari target yang diharapkan.
Untuk itu, Dinas Perikanan dan Pangan Banyuwangi mulai menggalakkan pembuatan kolam ikan sistem bioflok. Atau menggunakan terpal plastik yang dianggap berbiaya lebih murah dan aman dari resiko. Sistem ini juga untuk mengatasi kendala terutama cuaca yang tidak menentu, seperti hujan.
“Kendala kolam ikan pekarangan itu kerap rusak akibat terjadi banjir saat hujan deras,” kata Kepala Dinas Perikanan dan Pangan Banyuwangi Hary Cahyo Purnomo, kepada JurnalNews.com, Selasa (8/8/2017).
Dia menambahkan, pihaknya juga menggandeng Pondok Pesantren (Ponpes) untuk pengembangan program. Dimana Ponpes didorong untuk turut membuat kolam ikan pekarangan. Upaya tersebut, selain untuk memenuhi target terwujudnya 100 ribu kolam ikan pekarangan, juga mendorong para santri memiliki jiwa wirausaha.
“Saat ini sedikitnya 3 Ponpes di Banyuwangi yang mulai mengembangkan pembuatan kolam ikan pekarangan dengan sistem Bioflok,” paparnya.
Dari sekian banyak kolam yang ada, rata-rata diisi berbagai jenis ikan air tawar. Seperti ikan Lele, Nila, Tombro dan Gurami. Sebaran budidaya kolam ikan pekarangan ini, hampir merata di 25 kecamatan. Terbanyak ada di Kecamatan Sempu, Genteng dan Singojuruh. Karena di tiga kecamatan tersebut memiliki potensi air yang berlimpah.
“Bahkan, masyarakat disana mulai melirik budidaya sidat untuk dikembangkan. Karena nilai jualnya tinggi dan perawatannya mudah,” pungkasnya.
Program 100 ribu kolam di pekarangan ini bertujuan meningkatkan ekonomi masyarakat sekaligus membantu pemenuhan gizi keluarga. Warga yang memiliki pekarangan luas dengan sumber air yang cukup diajak untuk terlibat langsung. Dinas Perikanan dan Pangan memberikan pelatihan dan pendampingan kepada warga. (Fir/JN)
Komentar