oleh

Sinergi JRKBB Dengan Omah Kopi Kalibaroe

Ada yang istimewa dengan pertemuan anjangsana rutin Jaringan Radio Komunitas Budaya Blambangan (JRKBB) Banyuwangi kali ini yang bertempat di Studio Radio Komunitas Suara Kalibaru (SKBR) FM, tepatnya di belakang Koramil 0825/05 Kalibaru, Minggu (04/04/2021). ditengah-tengah anggota JRKBB

Hadir komunitas Guyub Tanretan Mocopat dan pegiat dari komunitas kopi Kalibaru.  DR. (C) Agus Hari Hadi ST., MT, mahasiswa S3 IPB yang hadir dalam pertemuan tersebut mengatakan bahwa ruh yang ada di esensi budaya lokal seperti mocopat dan kopi ini harus dilapisi, dikembangkan sehingga menjadi pendidikan bagi generasi milenial. Menurutnya, Komunitas kopi Kalibaru dimulai sejak 2017. Kemudian ditahun 2019, pegiat kopi Kalibaru memproduksi sebuah film tentang kopi berjudul “Sarjana Kopi”. Kemudian ditahun 2020, memeringati Hari Kopi Internasional dengan menggelar acara di Margo Utomo Hotel & Resort.

IMG-20210405-WA0002

Dengan gayanya yang lugas, putra asli Kalibaru ini menjelaskan tentang sejarah dan perkembangan tentang komoditas perkebunan yang sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke -16. Menurutnya, saat ini Indonesia berada diurutan keempat negara penghasil kopi setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia. Namun yang harus menjadi perhatian, Vietnam yang memiliki luas 331,212 km persegi, mampu menghasilkan 1,680,000 ton kopi. Sedangkan Indonesia hanya mampu menghasilkan 720,000 ton dengan luas wilayah 1,904,569 km persegi.

“Seharusnya disini kita belajar kepada Vietnam baik itu teknologi atau managerialnya, karena hasil produksinya sama dengan negara kita yaitu robusta, bukan kepada Brazil meskipun di nomer satu karena yang dihasilkan adalah Arabika, ”jelas Agus.

IMG-20210405-WA0003

Selain itu, Lebih lanjut Agus berharap radio komunitas ini harus menjadi corong informasi kepada masyarakat sehingga komunitas-komunitas yang ada saat ini memiliki keterkaitan dan berdaya guna.

“Karena hidupnya radio komunitas ini dari,untuk serta gotongroyong dengan komunitas yang kuat, ”harapnya.

IMG-20210405-WA0004

Sementara itu, pegiat Omah kopi Kalibaroe, Tatang Mohamad Toha menceritakan tentang perjalanannya menekuni dunia kopi. Sebelum terjun ke usaha kopi, dia adalah seorang pelukis di Ubud Bali. Kemudian sejak tahun 2017, dia mencoba menggeluti dunia kopi dengan segala keterbatasan juga dengan inspirasi dari sejawat bule yang bangkitkan keterpurukan gagal jual lukisan dan sakit parah hingga menolak disuguhi kopi.

“Hai Mr Tatang, asing menjajah negerimu gara-gara rempah dan kopi.Kok kamu ndak mau kopi.jangan biarkan air mata petani kopi terus mengalir sampai jauh, ” pesan sejawatnya saat jenguk dia.Hingga ia terhenyak mbrejag pulang kampung.

“Awalnya Saya mulai dengan mempelajari karakter kopi, terjun langsung ke kebun, mengolah menjadi biji kering, roasting sampai penyajian buat warkop dan mengemas dengan.branding Kalibaru Coffe, ” kenangnya sambil berharap bisa terlibat jauh berbagi energi kebangsaan dengan sesama komunitas kopi di bumi Blambabgan dan Pemkab Banyuwangi termasuk DPRD.

IMG-20210405-WA0001

Usahanya dimasa pandemi ini, Tatang mengatakan, justru inilah waktu yang luar biasa untuk memulai. Dengan catatan, lanjut dia, status pandemi ini harus dirubah menjadi positif. Jika hal ini dianggap sesuatu yang menakutkan, maka mustahil bisa bergerak.

“Intinya, mulailah merubah cara berfikir kita dari negatif ke positif. Ketika kita sudah bisa melakukan itu, bukan mustahil hal yang luar biasa akan terjadi pada diri kita, ” ujar pemilik Rumah Kopi Kalibaroe ini yang tetap coret kanvas dan layani hipnoterapys.

Bung Aguk, mewakili JRKBB dan Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI) berharap bisa bersinergi dengan pegiat kopi, utamanya Rumah Kopi Kalibaroe untuk bersama-sama mewujudkan cita-cita mulia komunitas.

“Kami bawa tim Sinergi Media yakni pimpinan Majalah Keboendha, Manager Waroeng D’Lakon, penggagas kedai Kebun Palm dan Forum Komunitas Mobil yang juga EO Octada serta Divisi Teater Dewan Kesenian Blambangan.

“Mari bergandengan senyum untuk kesejahteraan dan keberkahan bersama , bikin event berkelanjutan berikut ajak UMKM lain kembangkan marketplace di era milineal mendukung euforia pariwisata dalam lumbung Gotong-royong’45, ” tandasnya sembari pekikkan salam perjuangan laksana Bung Tomo: merdeka…merdeka…merrrdeka ..Allahu Akbar. (Abe/Bam”s den Bagus)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *