oleh

Industri Dan Institut Kopi Akan Berdiri Di Banyuwangi?

Akrab dan kental dengan nuansa kekeluargaan sangat terasa sekali pada pertemuan itu. Penggiat kopi Banyuwangi ini saling bertukar pikiran membicarakan tentang komoditas lokal besar yang dihasilkan oleh kabupaten di ujung timur pulau Jawa ini.

DR (cand) Agus Hari Hadi dari Komunitas Cangkir Merah Putih yang didampingi oleh sekretaris Abdul Hadi menerima kunjungan silaturahmi dari penggiat kopi Banyuwangi Kota, Novian Darma Putra, Adiel dan Agung Wardana di kediamannya, Desa Kalibaruwetan Kecamatan Kalibaru (13/09/2021).
Dari diskusi serius yang sesekali diselingi gelak tawa lebar ditemani kopi yang tersaji dalam cangkir merah putih di meja, terungkap keprihatinan penggiat kopi atas komoditas pertanian yang notabene Banyuwangi adalah salah satu daerah penghasil terbesar di Jawa Timur.

“Kenapa kopi Banyuwangi tidak ‘menggaung’ seperti daerah lain, contohnya Kopi Gayo, Kopi Toraja atau yang dekat dengan kita, Kopi Bali?” Tanya Agung, yang tentu saja juga merupakan pertanyaan dari kebanyakan orang.

Dari pertanyaan tersebut, muncul banyak sekali pendapat yang semakin menambah hangatnya perbincangan dalam diskusi tersebut.

“Menurut saya, kita harus merawat dan memaksimalkan semua sumber daya yang ada, baik alam terlebih sumber daya manusianya, ”jawab Agus.

Selain itu perlu adanya ‘penyatuan frekwensi’, lanjut mahasiswa IPB ini, dari semua lapisan. baik dari petani, penggiat kopi, pemerintah dan kelembagaan-kelembagaan terkait.
Hal tersebut di aminkan Novian, penggiat kopi dan owner MOCA (Mobile Café). Menurutnya, jika kopi Banyuwangi mau mendunia, maka kita harus bersama-sama menjalankan secara seimbang semua lini. Yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan.

“Bukan mustahil lagi jika semua sudah ‘sepakat’, kopi Banyuwangi akan mendunia, ”ungkapnya optimis.

Disela-sela diskusi, Agus sering melontarkan pemikiran inovasi-inovasi tentang produk turunan kopi. Seperti nge-mix kopi dengan komoditas buah lokal Banyuwangi, jeruk Pamelo, buah naga atau yang lain.

Masing-masing dari mereka sebenarnya memiliki cita-cita dan keinginan untuk masa depan kopi Banyuwangi. Novian dengan MOCA nya yang sudah melakukan terobosan-terobosan untuk mengenalkan kopi Banyuwangi, seperti yang beberapa waktu lalu viral, Ngopi Bayar Sampah. Sementara Agus, seorang Akademisi dan calon Doktor yang lahir dan besar dilingkungan perkebunan kopi. Keduanya ingin Banyuwangi memiliki Industri dan Institut Kopi Banyuwangi. Semoga cita-cita luhur mereka untuk Banyuwangi dan Merah Putih tercapai. (Abe)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *