Peristiwa fenomenal alam yang jarang terjadi ,biasanya diyakini oleh beberapa kelompok masyarakat tertentu menandai akan datangnya sesuatu hal yang membawa pengaruh positif atau negatif. Masyarakat Jawa umumnya dan suku Osing Banyuwangi khususnya memiliki buku pedoman kehidupan yang ditulis sekian abad lampau dalam bentuk kitab pujangga/ serat yang bertuliskan huruf Jawa kuno, sansekerta, Arab, dimana para pengarangnya adalah pujangga/sastrawan yang ahli dibidangnya/empu.
Untuk hal2 yang membawa kemungkinan positif atau negatif, ada upacara/ ritual yang dilaksanakan yang dipercayai sebagai ikhtiar sarana memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, menolong memberikan keselamatan dan menghindarkan dari bahaya bencana musibah biasa disebut upacara / ritual doa TOLAK BALAK.
Ritual doa tolak balak, banyak versi yang berkembang di masyarakat. Ada yang menggunakan ubo rampe/peralatan tradisional serta bunga-bunga sesaji, juga makanan tradisional setempat. Kalau masyarakat asli suku using dalam tradisi gerhana bulan upaya mengusir roh jahat yang menelan bulan (raksasa) dengan menggunakan kentongan dari bambu/ kayu, lesung dan alu yang dipukul bersahut-sahutan selama masa tertutupnya bulan (hilang) dengan suara alat yang dibunyikan sekeras-kerasnya.
Selesai itu dilakukan ritual doa keselamatan bersama dipimpin oleh tetua adat/pemuka agama yang dilakukan dihalaman rumah/ balai pertemuan terbuka. Ditutup dengan makan nasi crancaban/campuran nasi disiram kuah parutan kelapa berisikan sayur mentimun, kacang panjang diiris-iris, jagung sisir bakar, kemangi dan pecel panggang ayam, pindang gendam seranit, serta soup merah kikil sapi, kerupuk kletek, sambal ranti kemiri, telur rebus.
Gerhana bulan total yang terjadi tahun 2022 ini diprediksi akan terulang kembali di th. 2030 (8 th.lagi).
Posisi sejajar antara bumi, matahari dan bulan yang mengakibatkan tertutupnya cahaya bulan untuk sementara waktu membuat situasi gelap dilangit. Masyarakat di pulau Bali yang mayoritas beragama Hindu sedang merayakan upacara purnama ,tidak bisa melihat sinar bulan yang biasanya terang benderang. Saat sang raksasa Kala menelan bulan diyakini, dengan dipukulnya kentongan, alat-alat musik, sebagai sumber bunyi-bunyian, atau keramaian dan suara-suara gaduh lainnya, bisa mengembalikan kondisi normal bulan ( sumber cerita rakyat tentang raksasa Kala mencari mangsa sang putri jelmaan dewi bulan).
Untuk edukasi kepada santriwan/ santriwatinya, bertempat di TPQ KSB Jl. by Pas Tanah Lot Sahadewa 06 br. Pempatan Belakang Apotik Munggu, hari Selasa (08/11/2022) bakda sholat Maghrib jam 19.00 WITA, Ustazd Widodo selaku pengasuh di TPQ Kampung Santri Bali, Munggu -Mengwi-Badung, menyampaikan pesannya, sesuai aqidah dan ajaran Islam, bahwa sesuatu ini sudah ada yang mengatur.
Yaitu Allah SWT. Jika ada ketidak seimbangan dalam semua aspek kehidupan, seyogyanya mohon petunjuk dan perlindungan juga mohon ampun hanya kepada Allah SWT.
Semua peristiwa yang terjadi atas ijinnya Allah,dan hanya perkenan beliau saja semua kejadian memiliki maksud dan tujuan pengingat, muhasabah, introspeksi diri lebih mendekatkan antara mahluk dengan sang pencipta. Mohon agar keseimbangan alam tetap terjaga, demikian juga mahluknya harus bisa merawat alam dan menjaga tingkah laku diatas buminya Allah.Sehingga Allah akan terus meridlai hambanya, serta mengabulkn doa-doa kita.
Lakukan sholat gerhana, berzikir dan sholawat, berdoa keselamatan, dan banyak bersedekah kepada fakir miskin, rumah Allah. Demikian dalam kutbah yang disampaikan oleh Ustazd Widodo.
Diawali dengan petunjuk pelaksanaan sholat gerhana diteruskan sholat sunah gerhana diimami oleh ustazd Widodo dan bilal bpk Timbul ( ketua Ranting NU Munggu) menyerukan sholawat dilanjutkan khutbah 1 dan diulang lagi sampai kutbah 2 sekaligus penutup.
Zikir dan sholawat dikumandangkan bersama-sama semua jamaah, yang hadir pengurus Ranting NU Munggu Pak Timbul, Pak Nur, Pak Rasyid. Ketua Muslimat Ranting Munggu, S.Cholifa, Anik S, Nurus, bu Yosef, bu Diva, bu Sri. Hujan rintik-rintik tidak menghalangi kegiatan sholat gerhana tersebut.
Selesai berdoa keselamatan bersama, maka semua santri dan jamaah MT. Mas Agung Wilis yang hadir menikmati kuliner sego rujak dengan ucapan syukur. Sebagai sedekah jariyah yang diberikan oleh hamba Allah. Dari TPQ Kampung Santri Bali.
(Ambarwati Soenarko untuk jurnalnews dan keboundha).
Komentar