oleh

Mengenang Gandrung Temuk Meras Gandrung Anyaran

Suasana alam semakin malam, aaura magis sangat terasa digiring angin menerpa kulit yang membuat merinding, sesaat tiba tiba ada rasa dingin angin berhembus cukup kencang menerpa sanggar tari Sopo Ngiro milik Gandrung Temuk di dusun Kedaleman desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupatèn

Banyuwangi-Jatim (Rabu 2 Suro 1440 H atau yang bertepatan tanggal 12 September 2018 Masehi). Malam ini bersamaan
saat Mak Temuk melantunkan gending ” Gurit Mangir ” dengan iringan kendang, gong, kethuk, biola dan kluncing mengiringi gerakan Yeyen yang diuji paju oleh Gandrung Dartik dan Gandrung Sunasih dalam prosesi ritual Meras Gandrung untuk dirinya.

IMG-20230112-WA0070

Upacara Meras Gandrung merupakan upacara sakral yang harus dilakukan Mak Temuk sebagai Gandrung tua dan beliau mewisuda Yeyen sebagai muridnya yang telah selesai mengikuti beberapa tahapan untuk menjadi Gandrung Terop atau Gandrung Profesional. Yeyen harus menjalani semua tahapan dan menerima berbagai asupan baik yang berbentuk bendawi maupun yang berbentuk non bendawi.

Mak Temuk di usianya yang ke 65 tahun masih tampak energik dan ceria saat melihat anak muridnya bisa menampilkan apa yang ia ajarkan, walaupun masih belum sempurna. Setidaknya bagi Mak Temuk ini adalah pekerjaan suka rela dan niat mulianya untuk melestarikan Gandrung dan mewariskannya kepada generasi muda penerusnya.

Dalam upacara ini Yeyen harus melantunkan syair “Podo Nonton” pada tahapan awal yang disebut “Jejer”. Tahap berikutnya Yeyen dipandu oleh seorang “Gedhog” mendatangi para tamu untuk melantunkan gending-gending gandrung sambil menari di hadapannya, tahapan ini disebut “Ngrepèn”.

IMG-20230112-WA0069

Tahapan berikutnya adalah tahapan yang menguras stamina Yeyen adalah tahapan “Paju” di mana dia harus mampu mengimbangi gerak tari para pemaju, dia harus tetap lincah terus tersenyum dan melempar lembutnya sampur sementara gerak kaki tertumpu pada tumit dengan pinggul terbalut ketat kain panjang.

“Ya inilah Gandrung Terop, si penari tidak hanya harus punya stamina prima dan wajah berpenampilan cantik menarik, tapi juga harus mampu menari dan menyanyi mulai jam 21.00 sampai jam 03 dinihari sebelum subuh, ” ucap Mak Temuk mengenang dirinya sebagai Gandrung yang dijalani sejak usia 14 tahun.

Aikanu Hariyono seorang Pemerhati adat tradisi Osing dan pengurus Komunitas Osing Pelestari Adat Tradisi (Kopat) Banyuwangi mengatakan “Sebelum acara meras, terlebih dahulu diadakan Ritual langka nan sakral yang diawali dengan doa bersama dipimpin sesepuh dengan makanan khas tumpeng srakat, tumpeng pecel pitik dan sesaji khusus yg disebut,  “peras”.

Prosesi Meras Gandrung yang sangat langka ini sekarang dikemas dengan sangat artistik dalam bentuk Sendratari yang ditampilkan setiap satu bulan sekali di Festival Lembah Ijen, Taman Gandrung Terakota – Tamansari Licin Banyuwangi.
(AWI – Kiling Osing Banyuwangi

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *