Komunitas Osing Pelestari Adat Tradisi (KOPAT) yang bermarkas di dusun Dukuh Talun jeruk desa/kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi -Jatim, menggelar Sarasehan yang mengangkat tema “Bedah Sejarah Blambangan Kuno” (Minggu pon 24/10/2021).
Penyelenggaraan Sarasehan Sejarah bertempat di rumah adat Osing yang sekaligus merupakan markas KOPAT dihadiri narasumber dan peserta dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Wowok Meirianto selaku ketua KOPAT dan juga owner Waroeng Kemarang menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Bapak Thomas Raharto selaku narasumber utama, Bapak Haji Noval Badri, Bapak Profesor Miftahul Arifin, Bapak DR. Kundofir dan para peserta sarasehan.
Pada acara sarasehan ini ini, Priyo Utomo selaku Lurah Glagah sangat mengapresiasi karena di laksanakan di wilayah kerjanya yaitu desa Glagah kecamatan Glagah.
“Saya ucapkan amat sangat trimakasih karena KOPAT telah menggali tentang sejarah Banyuwangi, sehingga generasi penerus menjadi tahu tentang sejarah leluhurnya yang benar, “ucapnya.
Wowok Meirianto yang juga sebagai narasumber dalam sarasehan ini mengawali suatu pertanyaan : “Adha tah
Blambangan itu ?”.
Wowok Banyak menjelaskan tentang “Sejarah berdirinya Blambangan yang ternyata berdiri sebelum berdirinya Majapahit, hal ini banyak diungkap dalam peta-peta kuno Belanda dan bukti- bukti sejarah yang beliau temukan dalam bentuk uang koin yang berasal dari dinasti Sung yang berkuasa pada abad 12 di dusun Wonosari desa Tamansuruh Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi.
Wowok berpendapat Mojopahit pada waktu itu merupakan suatu Kerajaan yang besar dan sudah mengadakan hubungan perdagangan dengan China. Uang Koin kuno yang dipakai sebagai alat transaksi jual beli oleh China dengan Kerajaan Mojopahit pada saat itu, diketemukan di dusun Wonosari sebanyak 36,5 Kg. Melihat hal ini maka kita bisa menjawab pertanyaan Adha tah
Blambangan itu ?”.
Jawabnya : “Adha”.
Haji Noval Badri selaku wakil ketua DPRD Banyuwangi disaat membuka sarasehan ini mengungkapkan “Dengan adanya sarasehan bedah sejarah Blambangan kuno, kita mengetahui wilayah Belambangan tidak hanya meliputi Banyuwangi saja tetapi ternyata wilayahnya membentang sampai ke Probolinggo, Lumajang, Jember, Bondowoso dan Situbondo, “ungkapnya.
Masih Noval menyampaikan ” Bedah Sejarah Blambangan Kuno sangat penting karena memiliki nilai-nilai yang harus diketahui oleh generasi muda. Bedah Sejarah Blambangan Kuno tidak hanya ingin tahu ceriteranya tetapi dapat dijadikan sebagai representasi awal tentang kehidupan budaya masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang,” paparnya.
Dengan “sarasehan Bedah Sejarah Blambangan Kuno”, kita akan menjadi tahu tentang kebenaran yang selama ini kita dijejali dengan sejarah pesanan dari penguasa waktu itu.
Acara sarasehan ini menghadirkan narasumber utama Thomas Raharto dan dipandu oleh Aji Ramawidi.
Thomas memaparkan di sarasehan Bedah Sejarah Blambangan kuno ini dengan diawali oleh kesenangan beliau terhadap sejarah Blambangan dan kemudian mengadakan penelitian sejak tahun 1971, lebih lanjut beliau meminta “Dalam upaya merekontruksi sejarah Blambangan kuno, KOPAT mendapat tantangan untuk membentuk team penyusun sejarah lokal Blambangan agar kelak anak didik mempunyai pegangan tentang Sejarah Blambangan yang benar, “katanya.
Beliau menjelaskan “Tugas ahli sejarah adalah dapat memilah milah mana tulisan sejarah yang banyak bumbu bumbunya berdasar pesanan dan mana tulisan sejarah yang valid, ” ucapnya.
Beliau menambahkan “Besarnya kerajaan Blambangan bukan saja berdasar atas berapa luas wilayah kekuasaan, tetapi berdasar atas tampilnya di kancah luar negeri pada waktu itu, “tambahnya.
Acara dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab dari apa yang telah dipaparkan oleh narasumber.
Profesor Miftahul Arifin di acara sarasehan ini tidak banyak memberikan tanggapan tetapi beliau mengatakan bahwa kerajaan Blambangan adalah merupakan kerajaan besar pada masanya dan letaknya ada di ujung timur pulau Jawa yaitu yang disebut Banyuwangi saat ini. Masih Profesor Miftahul “Di Banyuwangi banyak memiliki kelompok kelompok sejarawan, tetapi kacau dan tidak mau bersatu dalam bersikap,”tuturnya
DR. Kundofir memaparkan bahwa beliau sangat setuju dengan perkataan Haji Noval yang mengatakan “Sejarah Blambangan yang lurus dan benar diawali oleh KOPAT dan silahkan membentuk team untuk membahasnya lebih lanjut dan jangan berhenti sampai disini, “papar Kundofir.
Sedang Teguh mengatakan “Bicara Blambangan selalu tersuguhkan dengan sendratari dan Minak Jinggo yang mempunyai wajah sangat mengerikan, ini merupakan suatu pembodohan terhadap generasi muda karena tidak sesuai dengan fakta, “tegasnya.
Acara dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab atau tanggapan dari apa yang narasumber telah sampaikan. Disini rata-rata peserta menegaskan tentang perlunya meluruskan kembali tentang sejarah kerajaan Blambangan lewat gesah atau sarasehan sarasehan yang nantinya dapat disuguhkan kepada generasi penerus tentang kebenaran sejarah Blambangan.
Sebelum acara ditutup dengan do’a yang disampaikan oleh Sanusi Marhaedi, diadakan pembagian buku dengan judul “ANGKLUNG TABUNG MUSIK BLAMBANGAN karya Elvin Hendratha oleh penulis sendiri.
(Hariyanto)
Komentar