oleh

Kebo-keboan AlasmalangRitual menjaga warisan dan identitas masyarakat Osing

Banyuwangi, Jurnalnews – Tradisi Kebo-keboan Alasmalang digelar Minggu 21 Juli 2024 di perempatan krajan desa Alasmalang sejumlah petani dan warga yang mengenakan pakaian serba hitam menyerupai kerbau mengalami kesurupan. Mereka dipercaya kerasukan roh leluhur setempat dan berkeliling desa dengan diiringi musik gamelan khas Suku Osing.

Seluruh rombongan kemudian diarak mengelilingi empat penjuru desa Alasmalang. Para peserta yang kesurupan berjalan seakan-akan sedang membajak sawah, bergumul di lumpur, dan bergulung-gulung di sepanjang jalan yang dilewati. Ritual ini mencerminkan siklus bercocok tanam, mulai dari membajak sawah hingga menabur benih padi.

Menurut H. Abdul Munir Kepala Desa Alasmalang Tradisi Kebo-keboan terkait erat dengan tradisi adat Keboan. Tradisi ini merupakan ungkapan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar desa dijauhkan dari malapetaka, diberikan keselamatan, dan mendapatkan hasil panen melimpah.

Munir menambahkan ritual adat Kebo – Keboan diadakan sebagai wujud syukur atas nikmat Allah Swt berupa alam dan se isinya. Secara turun temurun dipercaya bahwa ritual adat Kebo – Keboan digagas oleh para sesepuh Alasmalang saat itu ada masa paceklik, gagal panen, dan wabah penyakit.

Sebagai bentuk dukungan, pemerintah desa setempat terus mendukung pelaksanaan adat istiadat “Keboan Alasmalang” yang telah menjadi bagian penting dari identitas budaya dan warisan leluhur masyarakat Desa Alasmalang.

Upacara adat Kebo-keboan sendiri merupakan upacara adat yang dilakukan untuk mengusir wabah penyakit dan juga memohon kepada Tuhan untuk diberikan keselamatan dan bentuk rasa syukur masyarakat Desa Alasmalang terhadap hasil panen yang mereka terima. Kebo-keboan yang dimaksud bukan berarti hewan kerbau asli melainkan sekelompok orang yang berdandan mirip dengan kerbau.

Ritual adat Kebo – Keboan Alasmalang selain sakral kental nilai budayanya. Tak ayal bila sejak dulu secara turun – temurun kegiatan adat tradisi Kebo – Keboan Alasmalang digelar. Masyarakat dari segala penjuru di bumi Belambangan, tidak mau ketinggalan hadir pada moment adat Kebo – Keboan yang gong acaranya di bulan Muharam (Syuro) itu.

Sebagai wujud sukur akan semua nikmat yang diterimanya dari Allah Swt, sehari sebelumnya. Diadakan kegiatan doa bersama dan selamatan tasyakuran sebagai bentuk syukur masyarakat khususnya Dusun Krajan Desa Alasmalang. Bersedakah suguhkan ratusan Tumpeng dengan ragam menu.

Prosesi upacara ini diawali dengan penanaman palawija yang dilakukan oleh masyarakat Desa Alasmalang, setelah itu masyarakat akan membersihkan desa dan menyediakan tumpeng yang dikhususkan untuk masyarakat di luar desa. Setelah dilaksanakan bersih-bersih desa, dilanjutkan dengan pawai mengelilingi dusun Krajan atau disebut dengan ider bumi. Dalam pawai tersebut selain Kebo-keboan juga dimeriahkan oleh segala kesenian osing dan juga para petani yang ikut serta dalam ider bumi.

Sebagai bentuk dukungan, pemerintah desa setempat terus mendukung pelaksanaan adat istiadat Kebo-kebo an Alasmalang yang telah menjadi bagian penting dari identitas budaya dan warisan leluhur masyarakat Desa Alasmalang.

Dalam Acara Bersih Desa Alas Malang dihadiri oleh Choirul Ustadi
Asisten Umum Pemerintahan Pemkab Banyuwangi, mewakili Bupati Banyuwangi beserta jajaran Forpimka Banyuwangi, Pejabat SKPD Kabupaten Banyuwangi dan Dewan Kesenian Blambangan Banyuwangi, budayawan , tokoh masyarakat dan undangan lainnya. Prosesi ritual adat Kebo-Keboan Alasmalang digelar untuk menolak bala dan sebagai ungkapan syukur atas hasil panen yang melimpah.

Puncak acara ditandai dengan pemukulan gong oleh Ustadi, menyampaikan bahwa ritual ini selain sebagai bentuk syukur kepada Tuhan juga mempererat silaturahmi dan kebersamaan antar warga dilanjutkan dengan pembacaan ritual oleh tokoh adat dan sesi ramah tamah. Seluruh rangkaian acara berjalan lancar dan penuh khidmat.

Tradisi Kebo-Keboan ini diharapkan terus dilestarikan sebagai warisan budaya yang menguatkan identitas dan kebersamaan masyarakat Banyuwangi Ritual “Keboan” Alasmalang Menjaga Warisan Leluhur dan Mengukuhkan Identitas Budaya Banyuwangi

Acara tahunan ini, yang bertepatan dengan bulan Suro atau Muharram, menjadi momen penting dalam menjaga warisan leluhur dan mengukuhkan identitas budaya.

Puncak acara ditandai dengan pemukulan gong oleh Ustadi, menyampaikan bahwa ritual ini selain sebagai bentuk syukur kepada Tuhan juga mempererat silaturahmi dan kebersamaan antar warga dilanjutkan dengan pembacaan ritual oleh tokoh adat dan sesi ramah tamah. Seluruh rangkaian acara berjalan lancar dan penuh khidmat.

Acara tahunan ini, yang bertepatan dengan bulan Suro atau Muharram, menjadi momen penting dalam menjaga warisan leluhur dan mengukuhkan identitas budaya.
Salah satu satu tradisinya yaitu upacara Kebo-keboan yang dilakukan oleh Suku Osing.

Banyuwangi memiliki banyak keanekaragaman tradisi yang unik. dengan pemukulan gong oleh Ustadi, menyampaikan bahwa ritual ini selain sebagai bentuk syukur kepada Tuhan juga mempererat silaturahmi dan kebersamaan antar warga dilanjutkan dengan pembacaan ritual oleh tokoh adat dan sesi ramah tamah. Seluruh rangkaian acara berjalan lancar dan penuh khidmat.

Tradisi Kebo-Keboan ini diharapkan terus dilestarikan sebagai warisan budaya yang menguatkan identitas dan kebersamaan masyarakat Banyuwangi
Ritual “Keboan” Alasmalang Menjaga Warisan Leluhur dan Mengukuhkan Identitas Budaya Banyuwangi. (Ilham Triadi)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *