Ada satu tradisi unik yang dilakukan oleh KOPAT (Komunitas Osing Pelestari Adat Tradisi) Banyuwangi yang bekerja sama dengan Waroeng Kemarang untuk menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1443 Hijriyah, tradisi yang dilakukan adalah makan “BUBUR SURO” khas Masyarakat Osing yang diselenggarakan hari Selasa 10 Agustus 2021 di Waroeng Kemarang desa Taman Suruh Kecamatan Glagah Banyuwangi, dan yang hadir diwajibkan mematuhi Protokol Kesehatan yang ketat yaitu Memakai masker rangkap, cuci tangan dan jaga jarak.
Umumnya Masyarakat osing Banyuwangi menghidangkan bubur suro ini pada bulan Suro / bulan Muharram. Dalam penyajiannya, bubur suro dihidangkan dengan berbagai lauk pendamping lalu di atas bubur ditaburi dengan telor dadar, kacang dan pergedel kentang.
Dalam acara ini juga di isi acara Jamasan Pusaka (Keris) oleh KRT Drs. Haji Ilham Triadi M.Pd. Sehari sebelum acara makan bubur suro di Waroeng Kemarang, Komunitas Osing Pelestari Adat Tradisi juga telah menyelenggarakan kegiatan : Do’a bersama akhir tahun Hijriyah yang diselenggarakan di Sekretariat Kopat dusun Talun Jeruk Desa/Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi-Jawa Timur, dalam wejangannya yang disampaikan oleh Sanusi Marhaedi selaku sesepuh Kopat menyampaikan bahwa : “Jaman dibagi empat windu yaitu Windu Adi, windu Kuntoro, windu Sengoro dan windu Sancahya. Tahun 2013 sampai dengan 2021 adalah tahun yang masuk windu Sengoro yang artinya penuh musibah. Sekarang kita masuk windu Sancahya yang artinya bersinar dimulai tanggal 1 Muharram 1443 Hijrirah yang bertepatan tanggal 10 Agustus 2021. Kita berharap semoga pada tahun 1443 Hijriyah ini kita terbebas dari wabah virus corona, “ungkap Sanusi.
Dan beliau juga menyampaikan “Semoga Sekretariat Kopat di Tahun ini bisa di perbaiki agar lebih baik dan lebih pantas dengan cara gotong royong, sebab di tempat inilah diharapkan bisa tercetus ide ide atau gagasan gagasan yang nantinya akan disumbangkan ke Pemerintah Daerah untuk membangun Banyuwangi yang lebih baik. Acara do’a akhir tahun ini dihadiri oleh anggota Kopat dan Masyarakat desa, setelah itu ditutup dengan selamatan dengan menu Pecel Phitik (ayam), jenang abang (merah) dan minuman secang yang menyehatkan.
Acara di Warung Kemarang terlebih dahulu diadakan pengenalan tentang keris dan sejarahnya bulan Suro kemudian diteruskan dengan doa kemudian maka jenang suro serta diteruskan dialog atau tanya jawab. (Hariyanto)
Komentar