BANYUWANGI, Jurnalnews – Musim panen cabai keriting di Banyuwangi mengalami penurunan sebesar 30% akibat cuaca panas melanda. Para petani di daerah ini merasa khawatir karena hasil panen yang menurun mungkin tidak akan mencukupi kebutuhan operasional mereka selama 3 bulan ke depan.
Penurunan hasil panen cabai keriting di Banyuwangi dikaitkan dengan kondisi tanaman yang kerdil akibat teriknya matahari yang ekstrem, dampak dari peristiwa El Nino. Tangkai cabai tumbuh tidak normal, dan hal ini berdampak langsung pada pertumbuhan buah cabai.
Yudi Arwan, seorang petani di Desa Genteng Wetan, Kecamatan Genteng, mengungkapkan kekhawatiran terkait penurunan hasil panen ini. Ia mencatat bahwa jumlah panen saat ini turun hingga 30% dibandingkan dengan musim panen sebelumnya.
“Pada satu tangkai tanaman cabai, yang biasanya menghasilkan 1 kilogram atau lebih per panen, sekarang hanya bisa mencapai 6 hingga 7 ons per tangkai. Jika kita asumsikan untuk luas lahan seluas 4 hektar yang ditanami cabai, hasil yang seharusnya mencapai 50 hingga 60 ton kini berpotensi turun menjadi 30 hingga 40 ton,” kata Yudi Arwan.
Penyebab utama dari kerdilnya tanaman cabai keriting ini adalah sengatan panas matahari yang luar biasa selama musim panas, mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara signifikan.
Yudi Arwan juga mengungkapkan kekhawatiran bahwa penurunan hasil panen cabai ini mungkin akan berdampak pada biaya operasional pertanian selama 3 bulan ke depan.
Meskipun situasi panen sedang sulit, kondisi pasar masih bersahabat bagi para petani. Harga jual cabai masih memungkinkan mereka untuk meraih keuntungan. Harga jual di tingkat pedagang berkisar sekitar 35 ribu rupiah per kilogram, memberikan sedikit harapan bagi para petani dalam menghadapi tantangan yang dihadapi akibat cuaca ekstrem.
Dengan adanya peningkatan kesadaran masyarakat akan permasalahan cuaca ekstrem dan perlunya tindakan mitigasi, para petani di Banyuwangi berharap untuk menghadapi tantangan ini dan meningkatkan hasil panen cabai mereka di masa depan. (Eko//JN).
Komentar