oleh

Dinas Pengairan Banyuwangi: Perubahan Tata Guna Lahan Hulu DAS Penyebab Banjir!

Banyuwangi-Banjir melanda tiga kecamatan, Rogojampi, Blimbingsari dan Kabat, Kamis (8/6/2017) kemarin. Hujan yang mengguyur selama 8 jam lebih membuat tiga kecamatan bertetangga, itu tergenang air. Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan Banyuwangi, merilis apa yang menyebabkan banjir parah tersebut.

Screenshoot twitter Dinas Pengairan BWI.
Screenshoot twitter Dinas Pengairan BWI.

Adalah Guntur Priambodo, Kepala Dinas Pengairan Banyuwangi. Pria asli kota Blitar, ini terlihat tak lelah berjibaku dilokasi banjir. Dengan masih mengenakan pakaian dinas lengkap dengan sepatunya, Ketua Harian ISSI Jawa Timur, itu tak segan melangkahkan kaki menerobos banjir. Memberi semangat kepada para penjaga pintu air dan juru pengairan yang tengah berupaya keras mengendalikan banjir.

“Seluruh penjaga pintu air dan juru pengairan se Banyuwangi saya sebar ke lokasi banjir. Kami berupaya keras untuk mengendalikan banjir,” ujarnya saat berbincang dengan JurnalNews.com, Sabtu (10/6/2017).

Di hari itu, para penjaga pintu air dan juru pengairan mulai bekerja selepas dini hari. Hal itu menyusul hujan yang turun sejak pukul 01.00 WIB, tak kunjung reda. Mereka memantau di tiga Daerah Aliran Sungai (DAS), yakni DAS Gembleng, DAS Binau dan DAS Lungun. Di tiga DAS itu terpantau curah hujan antara 150-200 mm/hari.

Petugas juru pengairan saat berupaya mengangkat sampah bambu yang menyumbat di bawah jembatan. (Dok Dinas PU Pengairan Banyuwangi)
Petugas juru pengairan saat berupaya mengangkat sampah bambu yang menyumbat di bawah jembatan. (Dok Dinas PU Pengairan Banyuwangi)

Meski sudah berupaya untuk pengendalian banjir sesuai dengan standar operasional Dinas Pengairan. Namun curah hujan tinggi membuat dam-dam dan saluran-saluran tak mampu menampung beban banjir. Hal itu juga diperparah akibat dari efek leher botol (penyempitan badan sungai) dari jembatan-jembatan yang ada.

“Pengendalian Banjir Dinas PU Pengairan sudah sesuai SOP di Dam-dam dan saluran-saluran dengan membuka pintu flushing, menutup pintu saluran Blimbingsari dan membuka pintu-pintu affour mulai jam 4 pagi,” katanya lagi.

“Sistem sungai dan Dam sebagai pengendalian banjir tidak mampu menampung beban banjir yang diperparah terjadinya efek leher botol pada saluran akibat jembatan,” ungkap pria pemilik tim Balap Sepeda kebanggan Banyuwangi, BRCC, ini.

Curah hujan tinggi membuat saluran air tak mampu menampung beban banjir. (Dok Dinas PU Pengairan Banyuwangi)
Curah hujan tinggi membuat saluran air tak mampu menampung beban banjir. (Dok Dinas PU Pengairan Banyuwangi)

Dari musibah banjir yang terjadi, Guntur perlu menyampaikan bahwa harus segera dilakukan pemuktahiran sistem sungai untuk DAS Lungun dan kawasan strategis Bandara Blimbingsari. Mengingat DAS Lungun terdampak banjir paling parah. Pemuktahiran penting dilakukan karena penanganan selama ini belum cukup untuk menyelesaikan persoalan banjir dan tergenangnya di DAS Lungun.

“Pemuktakhiran itu meliputi, pertama pelebaran affour DAM Joyo ke arah Kali Binau. Kemudian, pelebaran saluran Sekunder Blimbingsari dan short cut ke laut. Ketiga, rehabilitasi affour (saluran pembuang) Rejeng dengan melebarkan landhope jembatan-jembatan di kampung. Selanjutnya, pembangunan pelimpah Concrong. Dan terakhir normalisasi sedimen saluran Rejeng,” paparnya.

Namun, Guntur paling menyoroti yang patut diduga menjadi penyebab utama dari banjir. Yakni, terjadinya perubahan tata guna lahan di hulu DAS dan sampah. Dia menyayangkan hal tersebut, karena seharusnya lahan di hulu DAS penting untuk dijaga sebagai kawasan yang terkonservasi. Begitu juga perilaku abnormal masyarakat yang suka membuang sampah ke sungai.

“Karena tidak hanya hilirnya saja yang diselesaikan, tapi juga hulunya harus dijaga,” pungkasnya. (Ron/JN)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News