oleh

PAWANG HUJAN, DI ERA SAINS DAN TEKNOLOGI MODERN

Pawang hujan adalah sebuah atribut pada seseorang yang dipercaya dapat mengendalikan hujan, dengan memindahkan awan. Pawang hujan biasanya diminta jasanya pada saat acara-acara seperti pesta perkawinan, pagelaran seni budaya, dan acara-acara keramaian lainnya. Ritual pengendalian hujan ini sudah dilaksanakan turun temurun, di masyarakat indonesia, hingga sekarang.

IMG-20230122-WA0108

Ilustrasi: Adat Tradisi Keris sebagai Warisan Budaya Nusantara, diperankan oleh Agung Setiyo Putro

Tata cara ritual dan mekanisme pawang hujan yang sering dilakukan antara lain menggunakan jenis minuman sebagai persembahan pada makhluk halus, menggunakan mantra dan meminta keluarga pengguna jasa pawang hujan untuk membacanya, menggunakan media rantang nasi dan payung hitam, membalikkan sapu lidi bekas dan ditancapkan bawang serta cabai merah, melarang pawang dan pengguna jasanya mandi sepanjang hari, menggunakan persembahan puluhan linting rokok dari daun nipah, tidak boleh menyentuh air dan puasa tidak makan, minum, serta tidur, berziarah ke makam orang yang dianggap memiliki kelebihan, menggunakan keris, dan lain sebagainya. Untuk kegiatan ini tidak jarang para pawang hujan meminta imbalan, baik uang dan atau ransuman makanan dan minuman sebagai persyaratan.

IMG-20230122-WA0107
Ilustrasi: Bersemedi diatas Batu Triniji, Jogging Track Tamansuruh, diperankan oleh Nik Bendol

Menurut sains, yang kita pelajari sejak Sekolah Dasar, hujan adalah merupakan fenomena alam, dimana titik-titik air berjatuhan dari udara oleh karena proses perubahan suhu dan tekanan. Proses turunnya hujan adalah oleh karena adanya presipitasi uap air dari awan di atmosfer. Awan tersebut kemudian membentuk uap air. Angin membawa uap air sehingga menyebabkan terjadinya penyebaran uap tersebut. Oleh karena perbedaan tekanan dan arah angin, maka hujan dapat turun dimana berada sesuai pergerakannya turun ke bumi.

Apakah awan mendung diudara terbukti dapat dipindahkan menggunakan minuman, mantra, sapu lidi, bawang, rokok, rantang, cabai merah, atau keris ?
Di sains modern belum pernah ada jurnal dan bukti penelitian yang membuktikan secara empiris. Apabila ada orang yang bisa memindahkan awan mendung hujan, dan terbukti secara empiris, hanya dengan menggunakan peralatan sangat sederhana dan murah seperti mekanisme Pawang Hujan tersebut, maka orang tersebut dapat diajukan sebagai calon pemenang hadiah Nobel, karena karyanya sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia di dunia, yaitu memindahkan awan mendung ke area pertanian yang sangat memerlukannya, dan tempat acara-acara keramaian dibuat terang benderang. Teknologi modern saat ini, mampu memindahkan atau menjatuhkan hujan sebelum jatuh di tempat semestinya, hanya menggunakan bahan kimia tertentu, ditabur diarea tertentu. Itupun memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk menerbangkan pesawat dan ber ton-ton bahan kimia.

Di era jaman sains modern saat ini, telah ditemukan dan diluncurkan banyak satelit-satelit cuaca dan satelit GPS (Global Positioning System), terintegrasi dengan stasiun bumi di beberapa lokasi sehingga cuaca dapat diprediksi secara dini, rinci, dan presisi. Teknologi satelit, dipadukan dengan teknologi komputer dan jaringan komunikasi serta applikasi di internet, sehingga volume awan, suhu, tekanan, arah angin, dll. dapat diketahui dan prediksi dengan cepat dan akurat.

1. GUNAKAN APPLIKASI CUACA
Applikasi *Weather*, BMKG, Clime, Windy, dan applikasi-aplikasi cuaca lainnya, baik untuk android dan IPhone dapat diunduh dengan gratis, sehingga kita bisa dengan mudah mengetahui prediksi, jam per jam, tentang volume mendung, arah dan kecepatan nangin, di suatu lokasi tertentu, serta dapat mengetahui nProbability atau *prosentase* Kemungkinan terjadinya hujan, hanya menggunakan HP dan memiliki paket data/internet, secara online.

Prediksi cuaca per hari dan per jam dapat diketahui dari applikasi di hp secara online. Awan mendung yang bisa dilihat secara online menggunakan applikasi di android

2. HARGAI ADAT DAN TRADISI (Namun jangan ‘wasting’)
Teman saya, seorang Pawang Hujan, mengatakan bahwa: memawangi hujan itu seperti halnya dengan *melempar mangga menggunakan sandal*. Kadang mangga jatuh dan sandal ikut jatuh, kadang mangga tidak dapat sandal jatuh, kadang mangga dapat sandal nyangkut, kadang mangga tidak dapat sandalpun nyangkut. Maka dari itu, Pawang hujan dianggap saja sebagai suatu kegiatan Adat dan Tradisi yang tetap dilaksanakan dan dilestarikan. Namun, tidak perlu sampai berlebihan sehingga menyebabkan ‘wasting’ atau sia-sia baik terhadap waktu, tenaga, juga dana. Perilaku Pawang Hujan hendaknya tidak berlebihan, sampai ‘over acting’. Misalnya seperti Rara di Mandalika yang berjalan lenggak-lenggok memainkan mangkuk logam, diudara terbuka dimana sedang banyak petir, yang dapat membahayakan dan juga bisa mepermalukan diri sendiri.
Kegiatan di semi outdoor yang memiliki Plan-B (pindah ke Aula) bila hujan

3. GUNAKAN PLAN-B
Plan- B adalah sebuah teori manajemen, yaitu merupakan *Perencanaan Cadangan*, yang dibuat untuk antisipasi skenario bila perencanaan utama gagal atau terjadi hal terburuk. Dalam kaitannya dengan perencanaan sebuah acara ditempat terbuka atau semi terbuka, perencanaan bila hal terburuk terjadi seperti hujan, maka harus dipikirkan dari awal, dibuat perencanaan, serta prosedur eksekusinya. Paling lambat 30 menit sebelum acara dimulai, harus diputuskan ‘switch over’ dari Plan-A ke Plan-B nya, sehingga acara dapat berjalan dengan baik sesuai Plan-A atau Plan-B.

Salam Budaya,
Ir. Wowok Meirianto, MT.
Ketua Umum KOPAT (Komunitas Osing Pelestari Adat Tradisi) Banyuwangi.
(AWI)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *